Rabu Wekasan adalah tradisi budaya yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura sebagai upaya tolak bala atau menolak bencana serta sebagai wujud rasa syukur.
Tradisi Rabu Wekasan dan Orientasi Rumah
Dalam pelaksanaan tradisi Rabu Wekasan, orientasi rumah memiliki peran penting, terutama bagi rumah yang menghadap ke selatan:
- Rumah menghadap selatan diwajibkan membawa makanan tertentu, yaitu:
- Kue cucur
- Klepon
- Makanan-makanan ini dibawa untuk dikonsumsi bersama dalam acara makan bersama yang biasanya diadakan di masjid sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Rabu Wekasan.
Kegiatan dalam Tradisi Rabu Wekasan
Tradisi Rabu Wekasan umumnya meliputi beberapa kegiatan:
- Berdoa bersama
- Melaksanakan salat sunnah
- Bersedekah
- Makan bersama di masjid
- Sholat berjamaah setelah Isya
- Membaca Yasin
- Doa bersama untuk meminta keselamatan dan terhindar dari bencana
Sejarah dan Kepercayaan
Tradisi Rabu Wekasan memiliki akar sejarah yang menarik:
- Berawal dari masa penyebaran Islam di Indonesia
- Masyarakat Jawa meyakini hari Rabu terakhir bulan Safar sebagai hari naas
- Pada tahun 1602, beredar kabar rencana penjajahan Belanda di Jawa, yang mendorong masyarakat melakukan ritual tolak bala
- Wali Songo berperan dalam mengembangkan tradisi ini, terutama Sunan Giri di daerah Gresik
Penting untuk dicatat bahwa tradisi Rabu Wekasan merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam, yang dikembangkan oleh para penyebar agama Islam untuk memudahkan penerimaan ajaran Islam di kalangan masyarakat Jawa.